Jakarta, CNBC Indonesia – Amarah warganet Indonesia lagi-lagi dipancing oleh orang luar negeri. Kali ini, amarah tersebut dipicu oleh kanal YouTube asal Jepang yang mengejek kereta cepat Whoosh.
Salah satu kanal Youtube asal Jepang, Yukkuri Railway University, mengunggah video yang membahas perkembangan Whoosh setelah resmi beroperasi di Indonesia. Namun, video tersebut berkonotasi negatif.
“Kereta api berkecepatan tinggi di Indonesia telah dibuka, tetapi tarifnya sangat mahal sehingga penduduk setempat tidak bisa menaikinya,” tulis Yukkuri Railway University dalam judul video, dikutip Kamis (4/1/2024).
Tak cuma judul video, thumbnail yang digunakan dalam video tersebut juga bernada ejekan, yakni bertuliskan “Penumpang 0 orang karena ongkos terlalu mahal”, “Mengkhianati Jepang dan mengadopsi barang buatan China”, dan “Akhir dari Perkeretaapian Indonesia” dalam bahasa Jepang.
Thumbnail video yang sudah ditonton lebih dari 300 ribu kali ini menjadi pembahasan hangat di subredit r/Indonesia. Sejumlah pengguna Reddit asal Indonesia pun menuliskan berbagai reaksi emosi untuk video tersebut. Banyak dari mereka yang membela Whoosh, meski buatan China.
“Denger-denger bukan hanya soal financing aja.. tapi China nawarin transfer of knowledge juga, sementara Jepang tidak bersedia,” kata akun arsenal-lanesra.
“Mereka blg negara pengkhianat padahal mereka yg ngejajah indonesia (at least in history book) dan hampir genosida cina. Maling teriak maling memang,” tulis akun _nandermind.
Lika-liku kereta cepat di Indonesia
Sebagai informasi, proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) memang penuh drama. Drama antarnegara ini dimulai pada awal 2015, yakni saat proyek KCJB diambil alih China dari Jepang.
Pada saat itu, China dipilih Pemerintah RI karena dianggap mampu membangun proyek KCJB dengan biaya yang murah. Awalnya, China merinci dana sebesar US$5,13 miliar atau sekitar Rp79,6 triliun (asumsi kurs saat ini Rp15.516/US$) pada proposal awal, tetapi perlahan berubah menjadi US$6,071 miliar dan melonjak lagi jadi US$7,5 miliar atau setara Rp 116,37 triliun.
Proyek ini sejak awal memang telah menimbulkan pro-kontra. Megaproyek kereta cepat di Indonesia digagas oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada 2008. Rutenya Jakarta-Surabaya sepanjang 700 km. Agar lebih terprogram, SBY secara serius memasukkan proyek ini ke dalam Rencana Induk Perkeretapian Nasional (RIPNas).
Demi merealisasikannya, pemerintah menunjuk Japan Internasional Corporation Agency (JICA) untuk melakukan riset. Pemilihan Jepang didasarkan oleh keberhasilannya membangun kereta api cepat pertama di dunia atau shinkansen. Kemudian riset Jepang memaparkan kalau proyek membutuhkan dana Rp245 triliun.
Mengutip riset Revy Aulia berjudul Kerjasama Indonesia-Tiongkok Dalam Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung Tahun 2015 pada 2019, melihat besaran angka tersebut kemudian pemerintah tidak sanggup. Alhasil, wacana kereta cepat Jakarta-Surabaya gagal. Tak ingin menyerah Jepang lantas membuat cetak biru rancangan kereta cepat Jakarta-Bandung yang lebih dekat dan lebih hemat. Namun, cetak biru itu tidak digubris oleh SBY sampai lengser pada Oktober 2014.
Hingga akhirnya, wacana ini muncul kembali ketika Presiden Jokowi berkuasa. Tepatnya ketika ia berkunjung ke China dan merasakan langsung kereta cepat Beijing-Tianjin sepanjang 120 km dengan waktu 33 menit.
Berdasarkan arsip Detik, sejak saat itu Jokowi serius ingin menerapkannya di Indonesia. Pada 2015, China digandeng untuk melakukan riset. Kehadiran China untuk proyek kereta cepat Jakarta-Bandung jelas mengusik Jepang yang telah lebih dulu berambisi menjalankan proyek ini. Alhasil, muncul persaingan antara dua negara tersebut.
Meski Jepang lebih dulu menggarap, iklim politik global kala itu membuat posisi China di mata Indonesia lebih menguntungkan. Saat itu, China memang sedang meluaskan sayap pengaruhnya di bidang ekonomi. Sebagai raksasa ekonomi dunia, sikap ini jelas menguntungkan bagi siapapun yang dirangkul olehnya. Jika berhasil, maka suatu negara akan kecipratan pertumbuhan ekonomi, termasuk Indonesia.
Singkat cerita, Jokowi memilih China untuk menggarap kereta cepat. Jepang kalah dan tertunduk lesu. Lalu, pada 16 Oktober 2015, terjadi Joint Venture Agreement (JVA) dengan China Railway International Co. Ltd. Kesepakatan ini membentuk perusahaan Penanaman Modal Asing bernama PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), yang jadi pihak di balik proyek kereta cepat. https://kebayangkali.com/